Cerita Tentang Menulis

(Kajian sok Tematik dalam pandangan Bocah Tua Geboy)By : Daengnaba14@gmail.com

"Ahh...kamu sudah tua untuk apa lagi becita-cita menjadi penulis" Masih teringat kalimat itu dengan jelas dari bibirnya yang menor. 

Untuk apa?, saya mencernanya sekali lagi, konfrontasi mulai melekuk-lekuk dalam benak mencari padanan yang pas, untuk dan apa, sudah dan tua, menjadi dan penulis. arrgghhh.., kalau saya juice pun takkan mengurangi tekanan kosa kata dari mulut-mulut para debaters. 
Ah masa bodoh, emangnya ada undang-undangnya yang tua dilarang menulis?, emangnya ada ayatnya dan di surat berapa tercantum bahwa kalau sudah tua tidak boleh lagi menulis karena sesuatu sebab dan lain hal?, atau peringatan pemerintah bahwa menulis bagi kaum yang tua dilarang keras sebab dapat menyebabkan hiperpede dan gangguan kehebohan diri. What !?, 

Ahh.. dasar si Menor dari dulu selalu saja menjadi demotivator, sedikit kotor, suka molor dan dodol. Kerjanya cuma bagaimana hidup senang-senang, menghitung duit, belanja, apa yang trend sekarang, uhh.. dasar Menor, heran juga, apakah benar-benar ia bahagia dengan kesumpekan hidup yang dipilihnya?, bukankah gerah kalau memakai lipstip tebal?, bukankah pusing kalau selalu melihat barang-barang mewah sementara uang di kantong belum bisa mewah?, yang kaya saja pasti pusing memilih barang apa yang akan lagi dikoleksi karena setiap waktu ada saja pembaharuan dan rayuan iklan. Ihh…ngeri ngak?

Tidakkah ia merasakan bagaimana keterbatasan diri itu dalam dunia ini?, meskipun banyak duit lalu dengan duit itu membeli ini itu, traveling keliling dunia, minum kopi seharga satu juta rupiah secangkir, apakah itu bisa membahagiakan seratus persen?. Duh…saya tak habis pikir, cita-cita kok mengarahkan ke glamour, untuk apalagi kalau sudah tua lantas berkeliling dunia, keluar masuk tempat hiburan, membeli rumah mewah, koleksi mobil sementara mata sudah rabun, jalan kaki gemetaran, menghitung selalu dilulang karena belum yakin sudah genap apa ganjil, Duhh…, pikir ngak sih? 

Ahh..sudah sore saatnya mandi dulu ahh meski sudah tua (tapi sebenarnya belum tua-tua amat sih, Cuma si pak Amat yang sudah tua), karena kebersihan itu menyenangkan, semoga dapat pahala, bukankah mayit sebelum dikuburkan juga dimandikan dulu?, jadi urusan mandi tidak ada salahnya, 

-oOo-

Waduh ! setelah di kamar mandi saya baru ingat kalau komputer itu belum saya matikan, apa yang saya tulis belum juga saya tutup, pasti si Menor akan baca…oh My God.. tubuhku merinding.. 

“Byurrrr…” untung kopi tubruk itu sudah dingin dan cangkirnya sudah tidak terisi penuh, 

“Tulisan ini pasti menyindir aku khan?, pakai nyebut si Menor lagi…, mentang-mentang aku pakai lipstick tebal, tahu ngak ini lipstick buat memperbagus bibir biar kamu enak lihatnya, biar teman-temanku pada memuji dan aku masih muda, kamu tuh yang sudah tua, tahu!!!” Saya tak bisa lagi bilang apa-apa, buru-buru ke depan komputer buat mengamankannya, khawatir komputer ini juga dapat getahnya, padahal tidak bersalah kan?, ia hanya alat saja, kalau mencari siapa yang salah, yahh..saya yang salah karena saya yang menulis, jangan komputernya. 

“Aku minta kamu hapus itu dan kalau memang mau menulis silahkan, tidak apa-apa tidak mengikuti usulku, yang jelas kamu itu sudah tua, ingat itu” Ia mendekati komputer itu untuk lebih yakin apakah sudah terhapus atau belum, ahh..bukankah ia gaptek kan?, hihihii.. 

“Sudah terhapus kok, jangan khawatir, itu tertulis delete kan?” Ia masih melotot, saya buat folder DELETE dan file ini saya hidden lewat Folder Option, ahh lega rasanya untung cekatan juga tangan ini sehingga file bisa diselematkan.




0 komentar:

Posting Komentar

Cerita Tentang Menulis